METODE TITRASI
REDUKSI-OKSIDASI
“PERMANGANOMETRI”
Disusun oleh:
Kelompok 6 :
1. Distya Resti A.P (130101025)
2. Ermas Resa Cholin (130101026)
TBKKP A 2013
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT KONSENTRASI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI TEKNOLOGI
KULIT YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN
2013/2014
Halaman
judul
Makalah
METODE TITRASI
REDUKSI-OKSIDASI
“PERMANGANOMETRI”
Disusun untuk memenuhi tugas
presentasi Aplikasi Komputer dan Komunikasi
Dosen Pengampu: Jamila, M.Cs
Oleh:
Kelompok 6:
1. Distya Resti A.P (130101025)
2. Ermas Resa Cholin (130101026)
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT KONSENTRASI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI
TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014
Kata Pengantar
Puji syukur penulis
mengucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini dengan tepat
waktu. Karya tulis ini membahas tentang metode titrimetri asam-basa menggunakan
titarsi alkalimetri.
Dalam menyusun
karya tulis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
- Ir. Cahya Widiyati, M.Kes selaku dosen pembimbing akademik.
- Jamila, M.Cs selaku dosen pengampu mata kuliah Aplikasi Komputer Akademi Teknologi Yogyakarta yang telah membimbing dalam penyusunan karya tulis ini.
- Semua pihak yang telah berperan dan membantu serta memotivasi dalam menyusun karya tulis ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Segala upaya
telah penulis lakukan demi kelengkapan dan kesempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat
bagi pembaca untuk meningkatkan pemahaman dalam proses proses titrimetri
asam-basa menggunakan reaksi alkalimetri. Namun apabila masih terdapat
kekurangan dalam karya tulis ini karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk penyempurnaan karya tulis ini.
Yogyakarta, 25 Juni
2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi
yang paling banyak jenisnya antara lain
permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri, bromometri,
bromatometri, dan nitrimetri. Titrasi adalah salah satu cara menentukan kadar
senyawa yang terkandung dalam suatu sampel. Permanganometri merupakan metode
titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi. Untuk keperluan titrasi
ini maka digunakan senyawa permanganat. Kalium permanganat merupakan oksidator
kuat yang paling baik untuk menentukan kadar
HCOOH yang terdapat dalam sampel dalam suasana asam menggunakan larutan asam
sulfat (H2SO4). Dalam reaksi ini, ion MnO4- bertindak
sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam
suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat
atau besi dalam suatu sample. Pada pengolahan kulit asam formiat digunakan
untuk pengikatan zat warna/ fikasasi pada proses pengecatan dasar. Pada laporan
ini akan dibahas mengenai cara pembuatan, standarisasi larutan KMnO4
0,1N dan penentuan kadar HCOOH yang berguna pada proses penyamakan kulit.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penentuan kadar asam
formiat (HCOOH) dalam sampel larutan dengan menggunakan reaksi reduksi-oksidasi
2.
Bagaimana perubahan warna yang terjadi selama proses titrasi
reduksi-oksidasi dilakukan?
C. Maksud dan tujuan
1. Praktikan
mampu menetapkan kadar HCOOH menggunakan prinsip-prinsip titrasi reaksi
reduksi-oksidasi dengan KMnO4 menggunakan cara Lieben dan John.
2. Praktikan
dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan
menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.
BAB II
LANDASAN TEORI
Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang
terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam
basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Permanganometri adalah teknik pengukuran penetapan
kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO4, Kalium
permanganate merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam, netral
dan basa. Permanganometri merupakan suatu penetapan kadar atau
reduktor dengan jalan dioksidasi dengan larutan baku Kalium Permanganat (KMnO4)
dalam lingkungan asam sulfat encer. Metode permanganometri didasarkan pada
reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini berlangsung dalam suasana asam,
netral, dan alkalis, dimana kalium permanganate merupakan oksidator yang kuat
sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau
redoks. Kalium permangant inilah yang telah digunakan meluas lebih dari 100
tahun.
Pada umumnya titrasi menggunakan KMnO4
tidak memerlukan indicator karena 0,01 KMnO4 0,1N dalam 100 ml
larutan telah memberikan warna ungu
Metode permanganometri didasarkan atas reaksi oksidasi
ion permanganat. Oksidasi ini dapat dijalankan dalam suasana asam, netral, ataupun
alkalis. Jika titrasi dilakukan dalam lingkungan asam, maka akan terjadi reaksi
:
MnO4- +
8H+ + 5e- Mn2+
+ 4H2O
Dimana potensial oksidasinya sangat dipengaruhi oleh
adanya kepekaan ion hidrogen, akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada
persenyawaan diatas tidak terlalu berpengaruh terhadap potensial redoks, karena
konsentrasi ion mangan (II) sendiri mampu mereduksikan permanganat dengan
membentuk ion mangan (III) dan mangan oksida (MnO2). Dalam suasana
asam reaksi diatas berjalan sangat lambat, tetapi masih cukup cepat untuk
memucatkan warna dari permanganat setelah reaksi sempurna. Jadi umumnya titrasi
dilakukan dilakukan dalam susana encer lebih mudah mengamati titik akhirnya.
Oksidasi dengan permanganat
dalam lingkungan asam lemah, netral, atau alkali dengan reaksi sebagai berikut
:
MnO4 +4H-
+3e MnO2 + 2H2O
Dapat dilihat bahwa pengaruh
konsentrasi ion hidrogen agak kurang dibandingkan dalam suasana asam.
Kalium permanganat jika
digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis kuat, maka ada dua
kemungkinan bagian reaksi , yaitu pertama :
reaksi yang berjalan relatif cepat :
MnO4 - +
e- MnO42-
Dan reaksi kedua yang berlangsunng relatif lambat :
MnO4 2- +
2H2O + 2 e-
MnO2 + 4 OH-
Dari uraian di atas maka untuk membuat larutan baku
kalium permanganat harus dijaga faktor-faktor yang dapat menyebapkan penurunan
yang besar dari kekuatan larutan baku tersebut, antara lain dengan pemanasan
dan penyaringan.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium
permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator
kecuali digunakan larutan yang sangat encer. Setetes permanganat memberikan
suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi.
Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan
natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi
yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium
oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda
yang disebabkan kelebihan permanganat.
Penetapan kadar zat
berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri.
Hal ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan
penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Pada permanganometri, titran yang digunakan
adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak
memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah
digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih..
Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume
larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan
pereaksi.
Kalium permangatat sukar diperoleh secara sempurna murni
dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Dalam larutan asam,
permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidak berwarna dan bilangan
oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II)
(Mn2+)).
8 H+ + MnO4−
+ 5 e− → Mn2+ + 4 H2O
Dalam larutan basa
kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau, dengan bilangan
oksidasi +6 (manganat MnO42−).
MnO4− + e− → MnO42−
Dalam larutan netral, ion ini akan tereduksi sehingga bilangan
oksidasinya menjadi +4, warnanya hijau (mangan dioksida MnO2).
2 H2O + MnO4− + 3 e−
→ MnO2 + 4 OH−. (wikipedia Permangana).
Zat organik air dioksidasikan dengan KMNO4
direduksikan oleh asam oksalat . Kelebihan asam oksalat dititrasi dengan KMNO4.
Asam formiat disebut juga asam semut merupakan
cairan jernih, mudah menguap, tidak berwarna, dan berbau khas. Dalam pengolahan
kulit asam formiat digunakan untuk pengikatan zat warna/fiksasi pada proses
pewarnaan dasar. H2SO4 merupakan asam yang paling cocok
karena tidak bereaksi dengan permanganate.
Dalam
permanganometri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya. Larutan standar adalah
larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai sebagai
pereaksi.
Larutan standar dapat digolongkan
menjadi:
1. Larutan standar primer
larutan
yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu
larutan.
Syarat-syarat larutan standar
primer:
a.
Memiliki kemurnian yang tinggi
b.
Mudah diperoleh dalam bentuk murni dan mudah dikeringkan
c. Mudah diperiksa kemurniannya
d.
Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
e.
Mempunyai rumus molekul yang pasti
f.
Tidak mengalami perubahan saat penimbangan
g.
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi jadi kesalahan penimbangan dapat diminimalkan.
Contoh larutan standar primer
Asam: H2SO4, H2C2O4,
C6H5COOH, (COOH) (COOK) C6H4.
Basa: Na2CO3, MgO, Na2B4O7,Na2C2O4.
Na2C2O4
merupakan larutan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan
asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada
saat pengeringan, dan non higroskopis.
2.Larutan standar sekunder
Larutan
standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar
primer sebagai pembanding.
Contoh:
NaOH, KOH, KMnO4.
Dalam titrasi permanganometri KMnO4 tidak dapat dipakai sebagai larutan standar
primer, sebab :
a. Tidak dapat diperoleh
dalam keadaan murni bebas dari MnO2.
b. Aquades yang
digunakan untuk melarukan biasanya mengandung bahan-bahan reduktor yang akan
mereduksi KMnO4 menjadi MnO2. Adanya MnO2
merupakan katalisator pada penguraian KMnO4 sendiri.
3. Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya
dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar sekunder sebagai pembanding.
Adapun faktor-faktor kesalahan yang dilakukan pada
percobaan ini yaitu :
1. Pembuatan larutan baku yang kurang tepat
2. Kurang teliti pada percampuran larutan
3. Kurang akurat dalam penimbangan bahan
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi
permanganometri yang lain antara lain larutan pentiter KMnO4 pada buret apabila
percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang
terkena sinar akan terurai menjadi MnO2. penambahan KMnO4 yang terlalu cepat
pada larutan seperti H2C2O4, penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan
seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. Hal ini
dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
yang digunakan :
Neraca analitik,
gelas arloji, botol timbang,botol semprot, erlenmeyer 250 ml, Erlenmeyer 200
ml, buret, statip dan klem, corong gelas, pipet volume 10 ml, pipet volume 25
ml, pipet tetes, pro pipet, beker glass 250 ml, labu ukur 100ml, thermometer,kompor
listrik, pengaduk.
2. Bahan
yang digunakan :
Aquades, sampel HCOOH, NaOH
10%, KMnO4 0,1N (standar sekunder), Na2C2O4,
H2C2O4. 2H2O, kertas lakmus.
B. CARA KERJA
1) Pembuatan larutan KMnO4 (0,1 N)
1. Menimbang
1,59 gram KMnO4, memasukkan dalam labu ukur 500 ml dan menambahkan
aquades.
2. Memanaskan
larutan mendidih 15 menit dan mendinginkannya kemudian menyimpan dalam botol
berwarna gelap.
Standarisasi
larutan KMnO4 (0,1N)
1.
Menimbang 0,1132 gram Na2C2O4
dengan gelas arloji menggunakan neraca analitik, kemudian melarutkan
dalam 50 ml aquades.
2.
Menambahkan 7 ml asam
sulfat pekat, memanaskan pada temperature 70oC.
3.
Menitrasi pelan-pelan larutan
Na2C2O4 dengan larutan standar primer KMnO4 sampai
timbul warna ungu selama 15 detik, temperatur titrasi tidak boleh kurang dari
60oC.
4.
Mengulangi percobaan
diatas seabanyak 3 kali (nomer 2 sampai 3) dan menghitung rata-rata volume titran
KMnO4 yang digunakan.
2) Penetapan kadar HCOOH
Cara
Lieben
1. Menimbang
2 gram sampel HCOOH menggunakan botol timbang dan memasukkan dalam labu takar
100 ml, kemudian menambahkan aquades sampai tanda.
2. Memipet
10 ml larutan HCOOH dengan pipet volume dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer.
3. Menambahkan
aquades 50 ml, 1 potong kertas lakmus dan larutan NaOH 10% sampai basa,
memanaskan sampai temperature 50oC.
4. Menitrasi
larutan HCOOH dengan larutan standar KMnO4 0,1N sampai endapan MnO2
yang berwarna coklat terbentuk.
5. Mengulangi
tahap percobaan diatas 3 kali ( nomor 2 sd 4) mencatat dan menghitung rata-rata
volume KMnO4 yang digunakan.
Cara
John
1. Menimbang
2 gram sampel HCOOH menggunakan botol timbang dan memasukkan dalam labu takar
100 ml, kemudian menambahkan aquades sampai tanda.
2. Memipet
10 ml larutan HCOOH dengan pipet volume dan memasukkan ke dalam Erlenmeyer, menambahkan
aquades 50 ml, 1 potong kertas lakmus dan larutan NaOH 10% sampai basa.
3. Menitrasi
larutan HCOOH dengan larutan standar KMnO4 0,1N sampai endapan MnO2
yang berwarna coklat terbentuk.
4. Memanaskan
sampai temperature 50oC, menambah 10 ml H2SO4 4N
dan memanaskan lagi. Menambah asam oksalat ± 0,1 gram dan menitrasi lagi
kelebihan asam oksalat dengan larutan standar KMnO4 0,1N.
5. Mengulangi
tahap percobaan diatas 3 kali ( nomor 2 sd 4) mencatat dan menghitung rata-rata
volume KMnO4 yang digunakan.
A. ALAT
D. RANGKAIAN ALAT TITRASI
BAB IV
HASIL DAN PERHITUNGAN
A. Pembakuan KMnO4 0,1N
Berat Na2C2O4 :
0,1132 gram
BM
Na2C2O4 : 134,01 gr/mol
n
Na2C2O4 : 2
BE
boraks (BM/n) : 67,005 gr/mol
Tabel
1. Hasil titrasi standarisasi larutan KMnO4
Titrasi
|
V.
Na2C2O4
(gr)
|
V.
KMnO4
(ml)
|
Pengamatan (perubahan
warna)
|
I
|
0,1781
|
25,3
|
Tak
berwarna ungu
|
II
|
0,1130
|
17,4
|
Tak
berwarna ungu
|
V. rata-rata
Na2C2O4: 0,1455
|
V.rata-rata
KMnO4 : 13,833
|
Reaksi
standarisasi KMnO4 (0,1 N)
5 C2O42-
+ 2 MnO4- + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O
B. Penetapan kadar HCOOH
Berat HCOOH : 2 gram
V pelarut : 100 ml 0,1 L
BM HCOOH : 46
n HCOONa : 1 BE (BM/n) :
46
BM H2C2O4 :
126
n H2C2O4 : 2 BE (BM/n) : 63
Tabel 2. Hasil titrasi praktikum
penetapan kadar HCOOH (Lieben)
Titrasi
|
V
HCOOH
(ml)
|
V
KMnO4
(ml)
|
Pengamatan
(perubahan
warna)
|
I
|
10
|
1,5
|
Tak berwarna Hijau
Endapan
coklat
|
II
|
10
|
1,5
|
Tak berwarna Hijau
Endapan coklat
|
V rata-rata :
10ml
|
V
rata2 KMnO4: 0,23
|
Reaksi permanganometri
HCOOH + NaOH HCOONa + H2O
3HCOONa + 2KMnO4 Na2CO3
+K2CO3 +H2O
+ NaHCO3 + 2 MnO2
Tabel
3. Hasil titrasi praktikum penetapan kadar HCOOH (John)
Titrasi
|
Berat
HCOOH
(ml)
|
V KMnO4
Titrasi I (ml)
|
V KMnO4
Titrasi II (ml)
|
Pengamatan
(perubahan warna)
|
I
|
10
|
2,6
|
25,5
|
Tak
berwarna
Hijau ada endapan
Tak berwarna
Ungu
|
II
|
10
|
2,5
|
29,5
|
Tak
berwarna
Hijau ada endapan
Tak berwarna
Ungu
|
V rata-rata:
10ml
|
V
rata2 KMnO4 : 2,55 ml
|
V rata2 KMnO4:
27,5 ml
|
Reaksi permanganometri
HCOOH + NaOH HCOONa + H2O
3HCOONa + 2KMnO4 Na2CO3 +K2CO3 +H2O +
NaHCO3 + 2 MnO2
2 MnO2 + H2C2O4
+ H2SO4 MnSO4
+ H2O + 2 CO2
5 C2O4=
+ 2 MnO4- + 16 H+ 2
Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2
BAB IV
PEMBAHASAN
Permanganometri
adalah teknik pengukuran penetapan kadar zat berdasar atas reaksi oksidasi
reduksi dengan KMnO4, Kalium permanganate merupakan oksidator kuat
dalam larutan yang bersifat asam, netral dan basa. Kalium permanganat merupakan zat baku sekunder karena
tidak stabil jika kontak dengan lingkungan terbuka, pengaruh cahaya maupun
lingkungan seperti kelembaban atau pengaruh terkontaminasi dengan zat lain yang
akan merubah konsentrasi KMnO4 mudah terurai oleh zat organik
membentuk MnO2. MnO2 ini harus dihilangkan dengan cara
pemanasan dan penyaringan, Jika dalam larutan KMnO4 masih terdapat
MnO2 maka seiring berjalannya waktu konsentrasi KMnO4
akan berkurang (terurai), Oleh karena itu perlu dilakukan strandarisasi untuk
menentukan kadar KMnO4 itu sendiri.
Pada
saat penentuan konsentrasi KMnO4 digunakan natrium Oksalat karena
natrium oksalat termasuk zat baku primer. Natrium Oksalat dikatakan zat baku
primer karena zatnya stabil memiliki Mr tinggi dan memiliki kriteria lainnya
sebagai standar primer. Natrium oksalat dapat bereaksi dengan KMnO4
dengan reaksi:
C2O4
2CO2 + 2 e- (x5)
MnO4
+ 8 H+ +5e- Mn 2+ + 4H2O (x3)
5C2O42- + 2MnO4-
+ 16H+ 2Mn2+
+ 8H2O + 10CO2
Pada standarisasi KMnO4 dengan Natrium Oksalat
dilakukan penambahan H2SO4 pekat yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang
berupa asam oksalat dan sebagai katalis H2SO4 merupakan katalis yang
bertujuan untuk memperkecil energi
menghasilkan reaksi samping.
Titik
akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari bening menjadi ungu pada larutan yang permanen dan
tidak hilang selama beberapa menit. Perubahan warna ini terjadi karena Mn2+
( larutan bening) dan MnO4- (KMnO4)
tereduksi oleh Na2C2O4 menjadi Mn2+ (ungu).
Titik ekuivalen terjadi karena mol titran volum KMnO4 saat titik
akhir titrasi pertama adalah 25,3 ml dan yang kedua adalah 17,4 ml. Perbedaan
selisih yang tinggi ini di akibatkan oleh jarak waktu antara pemanasan sampai
penitrasi yang terlalu lama. Selain itu ketelitian praktikan, kebersihan alat
dan kemurnian bahan sangat mempengaruhi hasil percobaan. Kalium permanganat
merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat., pereaksi ini dapat dipakai tanpa
penambahan indikator. Pada saat penambahan H2SO4 pekat
tidak menimbulkan perubahan warna (tak berwarna).
Karena
Kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat baik dalam
suasana asam basa maupun netral. Sedangkan Asam formiat merupakan zat organik
yang dapat mereduksi KMnO4.
Dengan ditambahkannya KMnO4 pada asam formiat, zat oksidator
tersebut akan tereduksi menjadi ion mangan dioksida. Jumlah ion yang tereduksi
sama dengan jumlah oksidator, dari perhitungan reaksi reduksi-oksidasi KMnO4
tersebut dapat dicari konsentrasi asam formiat.
Dari
percobaan penetapan asam formiat dengan cara lieben terjadi perubahan warna
analit yang semula tidak berwarna menjadi coklat disertai dengan terbentuknya
endapan MnO4. Perubahan warna terjadi karena telah mencapai titik
ekuivalen. Titik ekuivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat.
Terjadinya endapan dikarenakan tereduksinya KMnO4 menjadi ion mangan
dioksida. Titik ekuivalen terjadi pada saat volume titran 1,5 ml baik pada
percobaan 1 maupun percobaan 2. Diperoleh volume yang sama karena jarak waktu
antara pemanasan dan penitrasian tepat. Sedangkan dari percobaan penetapan
kadar asam formiat dengan cara John. Perubahan warna yang terjadi adalah tak
berwarna menjadi hijau disertai endapan kemuadian berubah menjadi tak berwarna
dan berubah lagimenjadi ungu. Perubahan warna dari tak berwana menjadi hijau
dengan adanya MnO4 dikarenakan sudah tercapainya titik ekuivalen,
dan tereduksinya KMnO4 menjadi ion mangan dioksida. Hal ini terjadi
saat volume titran percobaan pertama 2,6 ml dan percobaan kedua 2,5 ml. Setelah
penambaha H2SO4 tidak terjadi perubahan warna namun pada
saat penambahan asam oksalat kristal warna hijau berubah menjadi tak berwarna
dan semua endapan MnO2 menjadi larut. Selanjutnya dilakukan
pemanasan lagi sampai suhu 70oC dan dititrasi lagi dengan KMnO4
sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi ungu yang menandakan titik
ekuivalen telah tercapai. Hal ini terjadi saat volume KMnO4 2,5ml
pada percobaan pertama dan 29,5 ml pada percobaan kedua.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø
KMnO4 perlu
distandarisasi karena sifatnya yang tidak stabil jika kontak dengan lingkungan.
Ø
KMnO4 dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi asam formiat dengan perhitungan reaksi
reduksi oksidasi.
Ø
Warna yang dihasilkan
pada proses standarisasi KMnO4 yaitu tak berwarna ke ungu yang merupakan titik
ekuivalen, sedangkan perubahan warna pada penetapan kadar adalah tak berwarna,
hijau ada endapan, tak berwarna menjadi ungu.
B. Saran
Sebaiknya
dalam praktikum dilakukan dengan teliti, pengamatan titik ekuivalen harus
tepat. Jarak waktu antar pemanasan sampai penitrasian jangan terlalu lama dan
pemeliharaan kemurnian bahan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, D. 2010. Analisa Permanganometri dalam
campuran. http://analisapermanganometri.html diakses 23 Mei 2014 pukul 19.40
Subhi, FS. 2011. Titrasi Oksidasi Reduksi. Politeknik
Negeri Bandung
membantu mbak :D
BalasHapusCara menghitung kadarnya gimana mbak?
BalasHapus