Jumat, 03 Januari 2014

Fatliquoring




 Fleksibilitas kulit yang tinggi tergantung pada kemampuan setiap serat di dalam struktur untuk bereaksi bersama masing-masing bahan lain, air di dalam dan di sekitar serat, lemak alami dan stukture kulit itu sendiri. Ketika air dan minyak dihilangkan/ dibuang, kulit menjadi kering dan retak dalam kaitannya dengan kepadatan serat dan ini dapat terjadi sebelum dan setelah penyamakan.
Fatliquoring dilaksanakan untuk memperoleh kehalusan dan fleksibilitas dari kulit dengan menambahkan/ meminyaki dengan bahan peminyak dalam proses finishing basah. Bahan peminyakan (fatliquor) dimasukkan ke dalam kulit yang berfungsi sebagai pelumas, dan membantu serat untuk mendorong/ berikatan satu sama lain. Proses tersebut juga meningkatkan sifat mekanis dan fisik dari kulit.
Kecenderungan/ trend pasar menuntut artikel/ kulit dengan kehalusan dan fleksibilitas yang terus meningkat baik. Konsumen menginginkan kulit yang lembut saat disentuh dan mempunyai suatu tenunan yang dapat diibaratkan seperti ikatan unsur ( cuddle factor ). Kulit ini pastilah sangat lunak, lembut dan nyaman dipegang.
Untuk mencapai kondisi tersebut, fatliquor dengan jenis alami dan buatan dapat digunakan. Banyak  fatliquor/ peminyak kombinasi yang mungkin bisa digunakan, dan bahan itu dapat diaplikasikan pada  banyak cara/ metode pemrosesan.
Bahan baku
Salah satu faktor penting di dalam pengembangan artikel adalah pemilihanan bahan baku, dan pemilihan kulit wet blue yang disesuaikan dengan artikel yang akan diproduksi. Pemilihan bagian/ stok ini akan mempengaruhi karakteristik akhir kulit jadinya. Ada banyak penjelasan untuk dipertimbangkan, dan bagaimana kulit tersebut diperbaiki sifat-sifatnya dituliskan pada tabel 1.
Pengaruh pada substrat
Faktor yang berpengaruh
Pengaruh
Saran
Lemak Alami
Meskipun minyak ini memberikan pelumasan yang terbaik, lemak alami membuat penetrasi dari agensia retanning menjadi sulit. Minyak alami dapat mengoksidasi, menghasilkan bau yang tidak menyenangkan dan/atau kuning. Minyak dapat berpindah dan menyebabkan “ fatty spues”.
Mengurangi semua minyak seperti trigliserida dan asam lemak bebas. Sehingga jumlahnya di dalam kulit sekitar 0.5% sampai 2.5%, sesuai yang telah disarankan untuk kulit wet blue yaitu dari 0.5% sampai 1.5% substansi diklorometan yang terekstrak, yang telah diperhitungkan dengan berat kering.
Garam-garam anorganik
Banyak garam-garam memiliki pengaruh yang negatif. Garam dapat menambah berat dan sifat higroskopis dan berpindah ke permukaan.
Dalam kondisi,  apapun, pencucian sebagai cara untuk mengurangi garam-garam yang tidak aktif (inert). Pemeriksaan dan pemilihan produk dengan informasi yang telah disediakan dan karakteristik artikel yang ingin dibuat.
Muatan khrom
Indikasi dari level ini adalah pada penyamakan. Muatan yang rendah dari khrom dapat memberikan suhu yang rendah, sifat fisik dan mekanik. Ini dapat membahayakan proses kimia selanjutnya dan operasi secara mekanik.
Kult wet blue harus mengandung minimal 3,5% Cr2O3 yang telah diperhitungkan dari berat kering dari kulit. Kapan saja terjadi penurunan jumlah dapat dideteksi, rechroming adalah urutan penting untuk menaikkan muatan khrom dan mencapai penyebaran yang merata.
Perbedaan Bilangan
Kulit dengan perbedaan bilangan yang tinggi cenderung memiliki daya tahan fisik dan mekanik yang rendah.Legend I:
Perbedaan bilangan yang tinggi (0.7-1.0) indikasi asam kuat (pH<4) menimbulkan pertentangan didalam kulit untuk kapasitas asam lemah dan larutan penyangga (buffer) yang tinggi.
Penetralan (Netralisasi) dapat memberikan keseragaman nilai pH secara pasti pada seluruh ketebalan dari kulit dengan cara menghilangkan asam yang berlebih.
Kelembaban
Jika kulit wet blue menjadi kering, serat menjadi padat. Ini membuat penetrasi bahan kimia menjadi sulit dan membahayakan operasi basah terakhir.
Melakukan langkah-langkah untuk mengurangi kekeringan pada Wet blue sejak awal. Jika kekeringan telah terjadi maka tidak dapat dimulai proses lebih cepat sampai kulit rata basah kembali.
Kerapatan dari rajah
Kulit wet blue yang butirannya telah longgar juga dapat digunakan dalam produksi dari artikel yang tidak memerlukan sebuah kekuatan, struktur kerapatan rajah.
Kulit yang cenderung mempunyai sebuah rajah yang lebar dapat diperlakukan dengan agensia  khusus retanning untuk mengisi ruang kosong diantara butiran dan lapisan reticular. Ini membantu untuk mempertahankan karakteristik rajah, maka kulit ini dapat digunakan untuk barang dengan kualitas yang lebih baik.
Proses Fatliquoring
Di dalam proses fatliquoring, penetrasi dan fiksasi dari bahan minyak/ fatliquor berlangsung/terjadi. Agar penetrasi berlangsung secara optimal ke dalam struktur kulit, fatliquor harus dijadikan emulsi air dan ditambahkan pada proses dalam drum. Efek mekanis yang disebabkan oleh perputaran drum, terjadi tegangan permukaan dan aksi kapiler dari kulit, sehingga meningkatkan penetrasi fatliquor ke dalam struktur kulit.
Fiksasi dari fatliquor dicapai dengan  menambahkan bahan asam pada akhir proses. Hal Ini menyebabkan emulsi misel menjadi pecah dan menghasilkan sederetan hubungan yaitu:
  • Reaksi dari kelompok ionisasi di dalam minyak dengan kelompok ionisasi pada kolagen.
  • Koordinasi  dari kelompok itu dalam berhubunganan/ bereaksi dengan krom kompleks dan bahan tanning di dalam kulit.
  • Pemutusan minyak di dalam dan antara serat.
Fatliquor mempunyai karakteristik/sifat yang berbeda dalam suhu dari karakter/ sifat ion. Sifat itu antara lain kationik, anionik,amfoter, atau non ionik. Tingkat penetrasi dan fiksasi dari bahan kimia tergantung pada hubungan fatliquor dengan karakter/ sifat ion kulit tersebut. ini adalah hubungan tertutup pada titik isoelektrik kulit selama proses fatliquoring berlangsung.
struktur kimia kolagen dapat ditunjukkan pada gambar 2.
Ionisasi amino atau kelompok (gugus karboksil) tergantung pada pH medium itu. Di dalam suasana asam, kelompok (gugus) karboksil tidak terdisosiasi dan muatan menjadi bersifat positif, yang mana memberi sifat kationik pada kulit. Ketika gugus karboksil berada dalam keadaan alkali, mereka akan terdisosiasi dan total muatan menjadi negatif. Hal tersebut menjadikan sifat kationik pada kulit, seperti diperlihatkan pada tabel 3.
Berdasarkan pengaturan pH, ada nilai dimana total muatan dari kulit berada dalam ketidakstabilan dengan medium, yaitu dimana jumlah muatan positif sama dengan muatan negatifnya. pH nilai itu adalah pI( isoelektrik point).
Perlu ditekankan bahwa pI tergantung pada jenis penyamakan dan retanning yang dilakukan pada kulit itu. Jika  pH kulit adalah lebih rendah dari pI, kulit akan bersifat kationik dan menentukan/memperbaiki hasil anionik. Di lain sisi, jika pH lebih tinggi dibanding pI, kulit akan bersifat anionik dan berkombinasi dengan produk kationik. penjelasan ini penting sebab sangat mempengaruhi fatliquor di dalam struktur kulit.
Proses netralisasi adalah berhubungan dengan pH dalam sistem dan pendistribusian dari minyaknya di dalam struktur kulit. Dalam tahap kulit wet blue, kulit sangat kationik, dan fungsi netralisasi adalah untuk memperkecil sebagian muatan kationik, mengurangi kereaktifan kulit pada produk anionik.
Sebagian besar fatliquor bersifat anionik, ketika dicampur dengan kulit proses netralisasi tidak bereaksi dengan segera. Minyak menembus ke dalam struktur kulit dan menyebabkan pelembutan/ pelemasan serat.
Jika kulit tidak netral, emulsi fatliquor akan menyebar pada permukaan atas kulit dan kehalusan tidak akan dicapai. sebaiknya, kehalusan dikaitkan dengan tingkat derajat penetrasi kulit, sedangkan kelembutan permukaan kulit, kehalusan dan silky tergantung pada proses fiksasi minyak pada permukaan. Banyak faktor di dalam proses pengolahan basah mempengaruhi fatliquoring. Beberapa contoh dijelaskan dalam panel 4.
Faktor yang berhubungan dengan proses peminyakan
Faktor
Bagaimana pengaruhnya terhadap proses peminyakan
Jumlah bahan dalam bak/ drum
Jumlah bahan dalam bak/ drum lebih besar, kecepatan penetrasi lebih rendah. Sedikitnya volume dalam bak akan meningkatkan konsentrasi bahan dan akibat mekaniknya. Hal ini meningkatkan angka difusi kedalam lapisan dalam dari struktur kulit.
Kecepatan putaran drum
ketika sedang menggunakan drum tradisional kecepatannya lebih tinggi, aksi mekanik lebih baik. Pemberian penetrasi yang lebih besar dan penyebaran keseluruh kulit.
Penetralan
Kulit yang telah dinetralkan, reaktivitas yang lebih rendah dengan kelompok anionik dan penetrasi yang lebih tinggi dari produk anionik.
Pencucian intermediary
Pencucian terutama sesudah penetralan dan retanning, pembuangan garam-garam dari sistem biasanya akan mengurangi kestabilan emulsi peminyakan. Sebagai hasil pencucian, penetrasi yang lebih baik dari lemak/minyak telah tercapai.
Ketebalan Kulit
Ketebalan yang baik, membutuhkan waktu yang lebih panjang dari fatliquor untuk menembus kedalam lapisan yang lebih dalam dari kulit.
Kesadahan Air
Kadar garam yang diambil dari kesadahan air biasanya mengurangi kestabilan emulsi peminyakan. Ini bahkan dapat dibuat sabun kalsium dan magnesium yang tidak cair yang biasanya menyebabkan bahan penggemuk mengendap diatas permukaan kulit.
Suhu
Suhu yang lebih tinggi, penetrasi lebih rendah. Ini karena kolagen/fatliquor reaktifitasnya bertambah, menyebabkan fiksasi yang kurang baik. Bagaimanapun telah dianjurkan peminyakan menggunakan suhu antara 500 C dan 600 C. Supaya stabilitas emulsi peminyakan bertambah selama penetrasi kedalam kulit.
Keasaman
Banyaknya ion asam juga berperan dengan stabilitas dari emulsi anionik fatliquor. Ini bisa stabil dalam suasana netral atau sedikit medium alkali.
Kesesuaian Produk
Komposisi dari campuran fatliquor harus dipilih dengan hati-hati. Karakteristik dari setiap bahan dapat memberikan formasi dari kestabilan emulsi dalam air.
Ketika fatliquoring harus selesai selama penyamakan mineral, seperti penyamakan krom, fatliquor kationik harus digunakan- bukan ionik- oleh karena kecocokan penggunaan garam krom dalam prosesnya.

2 komentar: