Fleksibilitas
kulit yang tinggi tergantung pada kemampuan setiap serat di dalam struktur
untuk bereaksi bersama masing-masing bahan lain, air di dalam dan di sekitar
serat, lemak alami dan stukture kulit itu sendiri. Ketika air dan minyak
dihilangkan/ dibuang, kulit menjadi kering dan retak dalam kaitannya dengan
kepadatan serat dan ini dapat terjadi sebelum dan setelah penyamakan.
Fatliquoring
dilaksanakan untuk memperoleh kehalusan dan fleksibilitas dari kulit dengan
menambahkan/ meminyaki dengan bahan peminyak dalam proses finishing basah.
Bahan peminyakan (fatliquor) dimasukkan ke dalam kulit yang berfungsi sebagai
pelumas, dan membantu serat untuk mendorong/ berikatan satu sama lain. Proses
tersebut juga meningkatkan sifat mekanis dan fisik dari kulit.
Kecenderungan/
trend pasar menuntut artikel/ kulit dengan kehalusan dan fleksibilitas yang
terus meningkat baik. Konsumen menginginkan kulit yang lembut saat disentuh dan
mempunyai suatu tenunan yang dapat diibaratkan seperti ikatan unsur ( cuddle
factor ). Kulit ini pastilah sangat lunak, lembut dan nyaman dipegang.
Untuk
mencapai kondisi tersebut, fatliquor dengan jenis alami dan buatan dapat
digunakan. Banyak fatliquor/ peminyak kombinasi yang mungkin bisa
digunakan, dan bahan itu dapat diaplikasikan pada banyak cara/ metode
pemrosesan.
Bahan baku
Salah satu
faktor penting di dalam pengembangan artikel adalah pemilihanan bahan baku, dan
pemilihan kulit wet blue yang disesuaikan dengan artikel yang akan
diproduksi. Pemilihan bagian/ stok ini akan mempengaruhi karakteristik akhir
kulit jadinya. Ada banyak penjelasan untuk dipertimbangkan, dan bagaimana kulit
tersebut diperbaiki sifat-sifatnya dituliskan pada tabel 1.
Pengaruh
pada substrat
Faktor
yang berpengaruh
|
Pengaruh
|
Saran
|
Lemak
Alami
|
Meskipun
minyak ini memberikan pelumasan yang terbaik, lemak alami membuat penetrasi
dari agensia retanning menjadi sulit. Minyak alami dapat mengoksidasi,
menghasilkan bau yang tidak menyenangkan dan/atau kuning. Minyak dapat
berpindah dan menyebabkan “ fatty spues”.
|
Mengurangi
semua minyak seperti trigliserida dan asam lemak bebas. Sehingga jumlahnya di
dalam kulit sekitar 0.5% sampai 2.5%, sesuai yang telah disarankan untuk
kulit wet blue yaitu dari 0.5% sampai 1.5% substansi diklorometan yang
terekstrak, yang telah diperhitungkan dengan berat kering.
|
Garam-garam
anorganik
|
Banyak
garam-garam memiliki pengaruh yang negatif. Garam dapat menambah berat dan
sifat higroskopis dan berpindah ke permukaan.
|
Dalam
kondisi, apapun, pencucian sebagai cara untuk mengurangi garam-garam
yang tidak aktif (inert). Pemeriksaan dan pemilihan produk dengan informasi
yang telah disediakan dan karakteristik artikel yang ingin dibuat.
|
Muatan
khrom
|
Indikasi
dari level ini adalah pada penyamakan. Muatan yang rendah dari khrom dapat
memberikan suhu yang rendah, sifat fisik dan mekanik. Ini dapat membahayakan
proses kimia selanjutnya dan operasi secara mekanik.
|
Kult wet
blue harus mengandung minimal 3,5% Cr2O3 yang telah
diperhitungkan dari berat kering dari kulit. Kapan saja terjadi penurunan
jumlah dapat dideteksi, rechroming adalah urutan penting untuk menaikkan
muatan khrom dan mencapai penyebaran yang merata.
|
Perbedaan
Bilangan
|
Kulit
dengan perbedaan bilangan yang tinggi cenderung memiliki daya tahan fisik dan
mekanik yang rendah.Legend I:
Perbedaan
bilangan yang tinggi (0.7-1.0) indikasi asam kuat (pH<4) menimbulkan
pertentangan didalam kulit untuk kapasitas asam lemah dan larutan penyangga
(buffer) yang tinggi.
|
Penetralan
(Netralisasi) dapat memberikan keseragaman nilai pH secara pasti pada seluruh
ketebalan dari kulit dengan cara menghilangkan asam yang berlebih.
|
Kelembaban
|
Jika kulit
wet blue menjadi kering, serat menjadi padat. Ini membuat penetrasi bahan
kimia menjadi sulit dan membahayakan operasi basah terakhir.
|
Melakukan
langkah-langkah untuk mengurangi kekeringan pada Wet blue sejak awal. Jika
kekeringan telah terjadi maka tidak dapat dimulai proses lebih cepat sampai
kulit rata basah kembali.
|
Kerapatan
dari rajah
|
Kulit wet
blue yang butirannya telah longgar juga dapat digunakan dalam produksi dari
artikel yang tidak memerlukan sebuah kekuatan, struktur kerapatan rajah.
|
Kulit yang
cenderung mempunyai sebuah rajah yang lebar dapat diperlakukan dengan agensia
khusus retanning untuk mengisi ruang kosong diantara butiran dan
lapisan reticular. Ini membantu untuk mempertahankan karakteristik rajah,
maka kulit ini dapat digunakan untuk barang dengan kualitas yang lebih baik.
|
Proses
Fatliquoring
Di dalam
proses fatliquoring, penetrasi dan fiksasi dari bahan minyak/ fatliquor
berlangsung/terjadi. Agar penetrasi berlangsung secara optimal ke dalam
struktur kulit, fatliquor harus dijadikan emulsi air dan ditambahkan pada
proses dalam drum. Efek mekanis yang disebabkan oleh perputaran drum, terjadi
tegangan permukaan dan aksi kapiler dari kulit, sehingga meningkatkan penetrasi
fatliquor ke dalam struktur kulit.
Fiksasi dari
fatliquor dicapai dengan menambahkan bahan asam pada akhir proses. Hal
Ini menyebabkan emulsi misel menjadi pecah dan menghasilkan sederetan hubungan
yaitu:
- Reaksi dari kelompok ionisasi di dalam minyak dengan kelompok ionisasi pada kolagen.
- Koordinasi dari kelompok itu dalam berhubunganan/ bereaksi dengan krom kompleks dan bahan tanning di dalam kulit.
- Pemutusan minyak di dalam dan antara serat.
Fatliquor
mempunyai karakteristik/sifat yang berbeda dalam suhu dari karakter/ sifat ion.
Sifat itu antara lain kationik, anionik,amfoter, atau non ionik. Tingkat
penetrasi dan fiksasi dari bahan kimia tergantung pada hubungan fatliquor
dengan karakter/ sifat ion kulit tersebut. ini adalah hubungan tertutup pada
titik isoelektrik kulit selama proses fatliquoring berlangsung.
struktur
kimia kolagen dapat ditunjukkan pada gambar 2.
Ionisasi
amino atau kelompok (gugus karboksil) tergantung pada pH medium itu. Di dalam
suasana asam, kelompok (gugus) karboksil tidak terdisosiasi dan muatan menjadi
bersifat positif, yang mana memberi sifat kationik pada kulit. Ketika gugus
karboksil berada dalam keadaan alkali, mereka akan terdisosiasi dan total
muatan menjadi negatif. Hal tersebut menjadikan sifat kationik pada kulit,
seperti diperlihatkan pada tabel 3.
Berdasarkan
pengaturan pH, ada nilai dimana total muatan dari kulit berada dalam
ketidakstabilan dengan medium, yaitu dimana jumlah muatan positif sama dengan
muatan negatifnya. pH nilai itu adalah pI( isoelektrik point).
Perlu
ditekankan bahwa pI tergantung pada jenis penyamakan dan retanning yang
dilakukan pada kulit itu. Jika pH kulit adalah lebih rendah dari pI,
kulit akan bersifat kationik dan menentukan/memperbaiki hasil anionik. Di lain
sisi, jika pH lebih tinggi dibanding pI, kulit akan bersifat anionik dan
berkombinasi dengan produk kationik. penjelasan ini penting sebab sangat
mempengaruhi fatliquor di dalam struktur kulit.
Proses
netralisasi adalah berhubungan dengan pH dalam sistem dan pendistribusian dari
minyaknya di dalam struktur kulit. Dalam tahap kulit wet blue, kulit sangat
kationik, dan fungsi netralisasi adalah untuk memperkecil sebagian muatan
kationik, mengurangi kereaktifan kulit pada produk anionik.
Sebagian
besar fatliquor bersifat anionik, ketika dicampur dengan kulit proses
netralisasi tidak bereaksi dengan segera. Minyak menembus ke dalam struktur
kulit dan menyebabkan pelembutan/ pelemasan serat.
Jika kulit
tidak netral, emulsi fatliquor akan menyebar pada permukaan atas kulit dan
kehalusan tidak akan dicapai. sebaiknya, kehalusan dikaitkan dengan tingkat
derajat penetrasi kulit, sedangkan kelembutan permukaan kulit, kehalusan dan
silky tergantung pada proses fiksasi minyak pada permukaan. Banyak faktor di
dalam proses pengolahan basah mempengaruhi fatliquoring. Beberapa contoh
dijelaskan dalam panel 4.
Faktor yang
berhubungan dengan proses peminyakan
Faktor
|
Bagaimana
pengaruhnya terhadap proses peminyakan
|
Jumlah
bahan dalam bak/ drum
|
Jumlah
bahan dalam bak/ drum lebih besar, kecepatan penetrasi lebih rendah.
Sedikitnya volume dalam bak akan meningkatkan konsentrasi bahan dan akibat
mekaniknya. Hal ini meningkatkan angka difusi kedalam lapisan dalam dari
struktur kulit.
|
Kecepatan
putaran drum
|
ketika
sedang menggunakan drum tradisional kecepatannya lebih tinggi, aksi mekanik
lebih baik. Pemberian penetrasi yang lebih besar dan penyebaran keseluruh
kulit.
|
Penetralan
|
Kulit yang
telah dinetralkan, reaktivitas yang lebih rendah dengan kelompok anionik dan
penetrasi yang lebih tinggi dari produk anionik.
|
Pencucian
intermediary
|
Pencucian
terutama sesudah penetralan dan retanning, pembuangan garam-garam dari sistem
biasanya akan mengurangi kestabilan emulsi peminyakan. Sebagai hasil
pencucian, penetrasi yang lebih baik dari lemak/minyak telah tercapai.
|
Ketebalan
Kulit
|
Ketebalan
yang baik, membutuhkan waktu yang lebih panjang dari fatliquor untuk menembus
kedalam lapisan yang lebih dalam dari kulit.
|
Kesadahan
Air
|
Kadar
garam yang diambil dari kesadahan air biasanya mengurangi kestabilan emulsi
peminyakan. Ini bahkan dapat dibuat sabun kalsium dan magnesium yang tidak
cair yang biasanya menyebabkan bahan penggemuk mengendap diatas permukaan
kulit.
|
Suhu
|
Suhu yang
lebih tinggi, penetrasi lebih rendah. Ini karena kolagen/fatliquor
reaktifitasnya bertambah, menyebabkan fiksasi yang kurang baik. Bagaimanapun
telah dianjurkan peminyakan menggunakan suhu antara 500 C dan 600
C. Supaya stabilitas emulsi peminyakan bertambah selama penetrasi
kedalam kulit.
|
Keasaman
|
Banyaknya
ion asam juga berperan dengan stabilitas dari emulsi anionik fatliquor. Ini
bisa stabil dalam suasana netral atau sedikit medium alkali.
|
Kesesuaian
Produk
|
Komposisi
dari campuran fatliquor harus dipilih dengan hati-hati. Karakteristik dari
setiap bahan dapat memberikan formasi dari kestabilan emulsi dalam air.
|
Ketika fatliquoring harus selesai selama penyamakan
mineral, seperti penyamakan krom, fatliquor kationik harus digunakan- bukan
ionik- oleh karena kecocokan penggunaan garam krom dalam prosesnya.
sok-sokan ndadak di lebokno blog barang wkwkwkw :D
BalasHapusiki blog taun piro mangsane -___-
BalasHapus