Edisi Revisi
PENGARUH MAHASISWA
APATIS TERHADAP PERKEMBANGAN KAMPUS AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGAKARTA
TAHUN 2013
Edisi Revisi
PENGARUH MAHASISWA
APATIS TERHADAP PERKEMBANGAN KAMPUS AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA
Disusun oleh:
Gayuh Adi Wirawan
Gayuh Adi Wirawan
NIM:
130101034
Kelas
TBK A
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGAKARTA
TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Pengaruh
Mahasiswa Apatis Terhadap Perkembangan dan Prestasi Kampus Akademi Teknologi
Kulit Yogyakarta”.
Makalah yang kami susun ini membahas mengenai
bagaimana sikap apatis dapat berkembang pada kehidupan kampus Akademi Teknologi
Kulit Yogyakarta. Selain itu makalah ini juga memaparkan bagaimana seharusnya
seorang mahasiswa dapat menempatkan sikap apatis sehingga sikap itu tidak
memberikan dampak negatif bagi diri sendiri maupun lingkungannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Purwito
selaku dosen kami, teman-teman yang telah membantu kami, serta orang tua yang
selalu mendoakan kami. Namun kami menyadari, makalah ini kurang sempurna. Maka
dari itu, kritik dan saran dari para pembaca akan bermanfaat dalam perbaikan
makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.
Yogyakarta,
7 Januari 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
COVER
i
KATA
PENGANTAR ii
DAFTAR
ISI iii
Bab
I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
2
D. Manfaat
2
Bab II Landasan
Teori
3
Bab III
Pembahasan
A. Berkembangnya
Sikap Apatis Dalam Kehidupan Kampus
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.
5
B. Dampak
Dari Sikap Apatis Terhadap Perkembangan dan Prestasi
Kampus
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. 8
C.
Menempatkan Sikap Apatis.
9
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan
11
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Bab I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam era globlalisasi masa kini,
banyak berkembang berbagai pemikiran dan prinsip yang berbeda. Munculnya
prinsip-prinsip ini seiring dengan kemungkinan bervariasinya kehidupan
individu, mulai dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Bangsa Indonesia
sebagai salah satu Negara berkembang, tidak akan maju sebelum memperbaiki
kualitas sumber daya manusianya. Kualitas hidup suatu masyarakat akan meningkat
jika ditunjang dengan pendidikan yang baik. Dengan sistem pendidikan yang baik
memungkinan perubahan yang signifikan dalam cara serta pola berpikir masyarakat
Indonesia itu sendiri. Namun menurut realita yang ada, masyarakat kita masih
menganut cara berpikir tradisional, cara
berpikir tersebut adalah pola berpikir yang mengedepankan kepentingan pribadi,
hal ini akan berdampak pada sistem kolektifitas yang semakin buruk diantara sesama
individu. Pada kenyataannya kita menjalani hidup ini dalam ruang lingkup
bermasyarakat, dengan pemikiran, budaya, serta
status sosial yang beragam.
Salah satu problema yang dominan
terjadi dalam kehidupan ini adalah apatisme, apatisme sendiri dapat
didefinisikan sebagai hilangnya rasa simpati, ketertarikan, dan antusiasme
terhadap suatu objek yang ada. Singkatnya apatisme merupakan hilangnya rasa
simpati individu terhadap lingkungannya. Pada makalah kali ini, kami akan
mengulas tentang bagaimana apatisme mulai berkembang dalam pemikiran mahasiswa
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Hal itu dikarenakan prinsip apatisme ini
menyebabkan mahasiswa enggan berpartisipasi dalam mengikutsertakan dirinya
untuk mengikuti program kerja serta kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak
kampus. Sikap apatis ini dapat mempengaruhi perkembangan bahkan menghambat
kemajuan prestasi kampus.
Untuk itu, kami berharap makalah
ini mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.
Sehingga pada masa yang akan datang dapat terbentuk suatu kesinambungan antara
program kerja dan mahasiswa dalam meningkatkan kualitas internal maupun
eksternal kampus. Kami berharap kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk
meningkatkan kualitas makalah ini, sehingga makalah ini benar-benar menjadi
suatu acuan yang valid dan reliabel dalam kehidupan nyata.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang dapat diambil dari latar belakang tersebut adalah:
a. Bagaimana
sikap apatis ini dapat berkembang di kehidupan kampus?
b. Apakah
dampak yang ditimbulkan dari sikap apatis terhadap kehidupan kampus?
c. Bagaimana
cara menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus?
C.
Tujuan
Tujuan
yang kami harapkan dari makalah ini adalah:
a. Mengetahui
apa itu sikap apatis.
b. Mengetahui
penyebab berkembangnya apatisme dalam kehidupan kampus.
c. Mengetahui
dampak dari sikap apatis.
d. Mempelajari
cara menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus.
D.
Manfaat
Manfaat
yang bisa diambil dari makalah ini yakni pembaca dapat mengetahui pengertian
apatis serta mampu menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus sehingga di
kemudian hari dapat terbentuk suatu kesinambungan yang baik antara program
kerja kampus dan mahasiswa. Selain itu, kami berharap makalah ini dapat
dijadikan sebagai acuan yang relevan bagi strategi untuk berpikir dan
menanggulangi rasa apatis ini. Khususnya bermanfaat untuk mahasiswa Akademi Teknologi
Kulit Yogyakarta, sehingga pemberdayaan kampus dapat terjalin secara optimal.
Bab II
LANDASAN TEORI
Apatisme adalah kata serapan dari Bahasa
Inggris, yaitu apathy. Kata tersebut diadaptasi dari Bahasa Yunani, yaitu apathes yang secara harfiah berarti
tanpa perasaan. Dalam
istilah psikologi apatis merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang
individu tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik.
Sikap apatis tidak
hanya dapat diartikan sebagai sikap acuh tak acuh, tetapi sikap apatis dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Sikap
Individualis
Individu
yang apatis mengindikasikan bahwa mereka cenderung bersikap individualis. Banyak
orang yang berjuang menjadi superior dengan tidak memperhatikan orang lain atau
lingkungan sekitarnya. Tujuannya bersifat pribadi, dan perjuangannya dimotivasi
oleh perasaan diri yang berlebihan. Pembunuh dan pencuri adalah contoh ekstrim
orang yang berjuang hanya untuk mencapai keuntungan pribadi. Secara khusus
perjalanan hidupnya lebih terfokus pada motivasi sendiri, dan tidak mencapai minat
yang baik untuk kehidupan sosialnya. Maka jika setiap individu memiliki
keinginan dan kemampuan yang cukup tinggi, dapat dimungkinkan munculnya
perilaku idealis dan apatispun akan selalu menyertai setiap gerak maupun
hubungan individu di masyarakat yang dia singgahi.
2. Gaya Hidup (Style Of Life)
Perilaku apatis juga selalu berhubungan
dengan proses gaya hidup dan adaptasi seseorang. Gaya hidup sendiri adalah cara
yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah
ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada (Alfred Adler
via Alwisol, 2009: 73). Jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, maka orang tersebut merasa tidak nyaman dengan apa yang ada di
sekitarnya. Hal itu menyebabkan seseorang enggan untuk terlibat dan melibatkan
diri dalam kegiatan yang sedang berlangsung disekitarnya. Jika orang tersebut
tidak ingin dianggap sebagai individu yang apatis, maka orang tersebut harus
merubah gaya hidupnya sesuai dengan
lingkungannya. Dalam buku psikologi kepribadian menurut Alfred Adler,
gaya hidup ini mungkin bisa berubah tetapi dasar gayanya tetap sama, kecuali
orang tersebut menyadari kesalahannya dan secara sengaja mengubah arah yang
ditujunya (Alfred Adler via Alwasol, 2099: 74).
3. Prinsip Menarik Diri
Sikap apatis bisa diperkuat dengan
adanya prinsip menarik diri, dimana individu lebih cenderung untuk melarikan
diri dari dunia luar. Kesulitan individu yang apatis adalah mereka selalu diam
di tempat dan menghambat perkembangan pribadinya sendiri. Orang yang diam di tempat
adalah orang yang tidak bergerak kemanapun, menolak semua tanggung jawab dengan
menarik diri dari semua ancaman keberhasilan dan kegagalan. Mereka mengamankan
aspirasinya dengan tidak melakukan apapun agar tidak terbukti bahwa mereka
tidak dapat mencapai tujuan itu. Misalnya, orang yang tidak pernah ikut tes
masuk perguruan tinggi, maka ia tidak pernah merasakan kegagalan. Dengan tidak
mengerjakan apapun, orang mengamankan harga dirinya dan melindungi diri dari
kegagalan.
Bab III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Berkembangnya
Sikap Apatis Dalam Kehidupan Kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta
Mahasiswa merupakan motor penggerak dari
sebuah kampus atau sebuah universitas, sehingga perkembangan dan kemajuan
kampus tidak akan pernah lepas dari peran mahasiswa. Selain itu, kampus juga
berperan penting sebagai pendukung untuk menyediakan sarana yang dibutuhkan
oleh mahasiswa. Keduanya saling bersimbiosis agar program kerja yang telah
dibuat dapat terlaksana secara maksimal.
Namun
dalam kenyataannya, simbiosis atau hubungan antara keduanya tidak berjalan
secara seimbang. Hal ini dikarenakan mulai berkembangnya sikap apatis dari
mahasiswa yang menyebabkan tidak optimalnya program kerja serta kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan oleh pihak kampus. Hanya 25% mahasiawa yang aktif dan 75%
merupakan mahasiswa pasif (Neni, wawancara pribadi, 3 Januari 2014, 14.45).
Dari beberapa wawancara yang kami lakukan, banyak alasan mengapa mereka enggan
ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di kampus ATK
Yogyakarta. Mereka berpendapat bahwa kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan kurang
menarik, tidak meriah bahkan dianggap tidak penting. Pendapat tersebut hanya
berupa kritik tanpa solusi yang hanya menjadi alibi dari sikap mereka yang
tidak peduli terhadap lingkungannya. Sikap apatis inilah yang dapat membunuh
karakter seorang mahasiswa.
Sikap apatis tentunya tidak muncul
begitu saja, banyak faktor dan alasan yang menyebabkan mahasiswa ATK Yogyakarta
memiliki sikap tersebut. Dari pengamatan sosial yang kami lakukan, ada beberapa
faktor yang menyebabkan berkembangnya sikap apatis dalam kehidupan kampus ATK
Yogyakarta. Adapun faktor tesebut adalah:
1. ATK
Bukan Tujuan Utama Untuk Melanjutkan Pendidikan
Sebuah
tujuan merupakan kekuatan dari diri seseorang untuk bekerja sekeras mungkin
dalam mencapainya. Namun ketika tujuan tersebut tidak tercapai dan apa yang
mereka dapatkan tidak sesuai dengan apa yang diharapakan, individu tersebut
tidak lagi memiliki kekuatan besar itu. Semangat yang mereka miliki seolah
hilang dan mereka melanjutkan kehidupannya tanpa adanya semangat. Inilah yang
terjadi pada banyak mahasiswa ATK Yogyakarta.
Banyak
mahasiswa yang menjadikan ATK sebagai pilihan terakhir dalam melanjutkan
pendidikannya, bahkan ada yang merasa terpaksa untuk masuk ke ATK. Hal ini menyebabkan
kurangnya dukungan diri dari seorang mahasiswa untuk memberikan peran
terbaiknya kepada kampus. Sehingga mahasiswa bersikap apatis dan seolah tidak peduli dengan kegiatan yang ada
di kampus.
2. Tidak
Mampunya Adaptasi Dengan Lingkungan Kampus
Adaptasi
merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.
Jika seseorang tidak mampu beradaptasi, maka individu tersebut dengan
sendirinya akan tersisihkan dari lingkungannya. Mereka yang tersisihkan
tersebut merasa kurang percaya diri sehingga mereka enggan melibatkan diri
dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Jika seseorang tersisihkan dari suatu
lingkungannya, maka individu tersebut pasti akam berusaha mencari lingkungannya
sendiri. Bahkan individu tersebut berpotensi menjadi oposisi bagi pihak kampus
yang tidak pernah mendukung program kerja dari kampus.
Dari
pengamatan yang kami lakukan khususnya terhadap mahasiswa ATK Yogyakarta, tidak
sedikit mahasiswa yang merasa kurang percaya diri karena ketidakmampuan mereka dalam
beradaptsi dengan lingkungan kampus. Sehingga mereka beranggapan bahwa mereka
tidak mampu memberikan kotribusinya kepada kampus. Inilah salah satu faktor
mengapa seorang mahasiswa enggan untuk mengikuti dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan
di kampus.
3. Kurangnya
Motivasi Berprestasi
Sebuah
motivasi sangat dibutuhkan sebagai semangat dan dorongan dari seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Jika seseorang tidak memiliki sebuah motivasi maka
orang tersebut seolah tak punya semangat hidup dan cenderung sekedar menjalani
hidupnya tanpa adanya target. Sikap dan pemikiran ini tentunya sangat merugikan
diri sendiri bahkan memberikan dampak negatif terhadap individu di sekitarnya.
Dalam
ruang lingkup yang kami amati khususnya dalam kehidupan kampus ATK Yogyakarta,
sikap seperti itu banyak menyelimuti mahasiswa dan tidak sedikit mahasiswa yang
memiliki pemikiran seperti itu. Mereka tidak punya motivasi dan target khusus
dalam kehidupan mereka, sehingga kebanyakan dari mereka hanya sebagai mahasiswa
pasif. Kebanyakan dari mereka enggan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kampus,
kecuali kegiatan itu diwajibkan oleh pihak kampus. Jadi kurangnya motivasi juga
menjadi salah satu faktor kenapa mahasiswa bersikap apatis.
B.
Dampak
Dari Sikap Apatis Terhadap Perkembangan dan Prestasi Kampus Akademi Teknologi
Kulit Yogyakarta
Dari pembahasan sebelumnya dapat kita
ketahui bahwa sikap apatis lebih banyak memberikan dampak negatif baik bagi
diri sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Sikap dan pemikiran yang apatis
ini dapat menghambat diri seseorang maupun hal lain yang terlibat dengan
dirinya. Individu apatis dapat diibaratkan sebagai benalu pada sebuah pohon. Benalu tersebut
memang ada dan hidup pada pohon tersebut, namun benalu itu tak memberikan
dampak positif apapun pada sang pohon. Ia hanya menempel dan menjadi tanaman
yang menghambat pertumbuhan dari tanaman lainnya. Begitu juga dengan individu
yang apatis, ia memang ada dan hidup secara sosial, namun individu tersebut
tidak memberikan dampak positif kepada individu lainnya. Bahkan mereka bisa
saja menjadi penghambat bagi individu lain.
Sebagai seorang mahasiswa, sikap
tersebut merupakan sikap yang harus dihilangkan. Karena seorang mahasiswa
haruslah bersikap kritis serta mampu memberikan suaranya kepada kampus untuk
kemajuan dan perkembangan kampus. Namun pada kenyataanya sikap tersebut masih
dimiliki oleh banyak mahasiswa khususnya di kampus ATK Yogyakarta. Hal itu
tentunya memberikan pengaruh yang kurang baik bagi kampus. Seperti tumbuhan
benalu tadi, mahasiswa apatis memang ada dan mengikuti perkuliahan seperti
mahasiswa pada umumnya, tapi mereka tidak pernah mendukung dan memberikan
kontribusinya terhadap kegiatan serta program kerja kampus. Dampak dan pengaruh
lain dari mahasiswa apatis terhadap perkembangan kampus adalah:
1. Sulitnya kampus mendapatkan prestasi.
2. Minimnya ide-ide serta kreatifitas dalam
menjalankan program
kerja.
3. Banyak muncul kritik tanpa solusi.
4. Tidak optimalnya kegiatan yang
dilaksanakan kampus.
5. Kurang adanya pencitraan yang baik
dari kampus kepada
masyarakat.
6. Munculnya kelompok-kelompok oposisi.
7. Kurangnya terjalinnya hubungan baik
antar mahasiswa.
Itulah beberapa pengaruh dari mahasiswa
apatis terhadap kehidupan dan pekembangan kampus ATK Yogyakarta yang tentunya
memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan kampus. Pengaruh
tersebut kami ambil dari beberapa wawancara serta dari hasil pengamatan kami
sendiri.
C.
Menempatkan
Sikap Apatis
Apatis
merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang individu tidak menanggapi
rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik. Sebagai makhluk sosial
setiap individu tentunya membutuhkan individu lain dalam kehidupannya, namun
pernyataan ini bertentangan dengan pengertian apatis yang merupakan keadaan
ketidakpedulian seorang individu terhadap lingkungannya.
Dari pengertian tersebut, sikap apatis
cenderung memberikan dampak yang negatif daripada dampak positifnya. Namun
sikap apatis juga memiliki pengaruh yang positif jika dilakukan pada waktu dan
keadaan yang tepat. Sikap tidak peduli ini terkadang diperlukan pada suatu
keadaan dimana individu tersebut memang harus tidak peduli pada sekitarnya, dan
jika dia peduli hal itu malah dianggap salah dan memberikan pengaruh buruk
terhadap lingkungannya. Misalnya pada saat ujian kita harus benar-benar
bersikap tedak peduli kepada individu lain yang berada di sekitarnya. Dalam
konteks ini sikap apatis diperbolehkan bahkan dianjurkan agar terjadi
persaingan yang sehat antar individu.
Dari
penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sikap apatis tidak sepenuhnya
memberikan dampak negatif, sikap tersebut juga dapat memberikan dampak yang
positif dalam konteks serta keadaan tertentu. Disinilah peran dari setiap individu
yang harus mampu berfikir cerdas dalam menempatkan sikap pada waktu dan situasi
yang tepat. Sehingga apa yang dilakukannya tidak memberikan dampak yang negatif
bagi diri sendiri maupun lingkungannya.
Bab IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Apatis merupakan merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang
individu tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik.
Sikap apatis berkembang pada kehidupan kampus ATK Yogyakarta disebabkan oleh
berbagai faktor, diantaranya:
1.
ATK Yogyakarta bukan tujuan utama mahasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
2.
Tidak mampunya mahasiswa beradaptasi dengan kehidupan kampus.
3.
Kurangnya motivasi berprestasi dari dalam diri mahasiswa sendiri.
Dampak dari berkembangnya sikap apatis
tersebut adalah sulitnya kampus ATK Yogyakarta untuk mendapatkan prestasi,
selain itu sikap apatis juga memberikan pengaruh negatif terhadap pemikiran
mahasiswa dan kehidupan kampus ATK Yogyakarta sendiri. Namun sikap aptis juga
dibutuhkan dalam konteks dan keadaan tertentu misalnya dalam sebuah ujuan.
Penempatan sikap secara cerdas sangat diperlukan agar mahasiswa mampu
memberikan kontribusi serta prestasinya kepada kampus ATK Yogyakarta.
B.
Saran
Pengamatan sosial seperti ini perlu
dilakukan agar kita dapat menempatkan sikap secara tepat di waktu yang tepat
pula, termasuk dapat menempatkan sikap apatis dengan konteks yang benar. Namun,
kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu saran dan kritik dari para pembaca sangat diperlukan demi sempurnanya
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. UMM Press.
Malang. Hal 63 – 145
http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2291557-pengertian-apatis/#ixzz2owCoy5FD,
diakses 30 Desember 2013, pukul 13.45.
http://theblackphantom9.wordpress.com/2010/12/27/apatisme-yang-berkembang-di-
masyarakat/, diakses 31 Desember 2013, pukul 10.35.
DAFTAR NARASUMBER
Aditya
Suksmandaro, 19 tahun, Mahasiswa ATK Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km 4,5 Gang
Wijaya Kusuma No.216
Distya,
19 tahun, Mahasiswa ATK Yogyakarta, Glugo Panggungharjo Sewon Bantul.
Eko
Agung Wahyudi, 19 tahun, Mahasiswa Psikologi UNESA, Jln. Garuda Barat No.120
Rt.8 Rw.1 Krian Sidoarjo.
Neni
Rahayu, 21 tahun, Badan Eksekutif Mahasiswa ATK Yogyakarata, Rt.17 Glugo Panggungharjo
Sewon Bantul.
Ulil
Albab, 20 tahun, Mahasiswa ATK Yogyakarta, Glugo Panggungharjo Sewon Bantul.
ada yang bentuk pdf gak ya? soalnya saya ada meneliti tentang sikap apatis anak, mungkin bisa memberi referensinya
BalasHapusMaaf, tidak ada
BalasHapus