Rabu, 02 April 2014

MAKALAH TENTANG MAHASISWA APATIS


Edisi Revisi
PENGARUH MAHASISWA APATIS TERHADAP PERKEMBANGAN KAMPUS AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA









 








PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGAKARTA
TAHUN 2013





Edisi Revisi
PENGARUH MAHASISWA APATIS TERHADAP PERKEMBANGAN KAMPUS AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGYAKARTA





                                       Disusun oleh:
                                  Gayuh Adi Wirawan
NIM: 130101034
Kelas TBK A





PROGRAM STUDI TEKNOLOGI BAHAN KULIT
AKADEMI TEKNOLOGI KULIT YOGAKARTA
TAHUN 2013


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul “Pengaruh Mahasiswa Apatis Terhadap Perkembangan dan Prestasi Kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta”.
Makalah yang kami susun ini membahas mengenai bagaimana sikap apatis dapat berkembang pada kehidupan kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Selain itu makalah ini juga memaparkan bagaimana seharusnya seorang mahasiswa dapat menempatkan sikap apatis sehingga sikap itu tidak memberikan dampak negatif bagi diri sendiri maupun lingkungannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Purwito selaku dosen kami, teman-teman yang telah membantu kami, serta orang tua yang selalu mendoakan kami. Namun kami menyadari, makalah ini kurang sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran dari para pembaca akan bermanfaat dalam perbaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para pembaca.

                                                                          Yogyakarta, 7 Januari 2014
 
                                                                                         Penulis 






DAFTAR ISI
HALAMAN COVER                                                                                    i
KATA PENGANTAR                                                                                   ii
DAFTAR ISI                                                                                                  iii
Bab I Pendahuluan
            A. Latar Belakang                                                                               1
            B. Rumusan Masalah                                                                          2
            C. Tujuan                                                                                            2
            D. Manfaat                                                                                          2
Bab II Landasan Teori                                                                                    3
Bab III Pembahasan
A.  Berkembangnya Sikap Apatis Dalam Kehidupan Kampus
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.                                        5
B.  Dampak Dari Sikap Apatis Terhadap Perkembangan dan Prestasi
Kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta.                          8
C.  Menempatkan Sikap Apatis.                                                         9
Bab IV Penutup
            A. Kesimpulan                                                                                    11
            B. Saran                                                                                              11
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                12
 
Bab I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam era globlalisasi masa kini, banyak berkembang berbagai pemikiran dan prinsip yang berbeda. Munculnya prinsip-prinsip ini seiring dengan kemungkinan bervariasinya kehidupan individu, mulai dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Bangsa Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang, tidak akan maju sebelum memperbaiki kualitas sumber daya manusianya. Kualitas hidup suatu masyarakat akan meningkat jika ditunjang dengan pendidikan yang baik. Dengan sistem pendidikan yang baik memungkinan perubahan yang signifikan dalam cara serta pola berpikir masyarakat Indonesia itu sendiri. Namun menurut realita yang ada, masyarakat kita masih menganut cara berpikir tradisional,  cara berpikir tersebut adalah pola berpikir yang mengedepankan kepentingan pribadi, hal ini akan berdampak pada sistem kolektifitas yang semakin buruk diantara sesama individu. Pada kenyataannya kita menjalani hidup ini dalam ruang lingkup bermasyarakat, dengan pemikiran, budaya, serta  status sosial yang beragam. 
Salah satu problema yang dominan terjadi dalam kehidupan ini adalah apatisme, apatisme sendiri dapat didefinisikan sebagai hilangnya rasa simpati, ketertarikan, dan antusiasme terhadap suatu objek yang ada. Singkatnya apatisme merupakan hilangnya rasa simpati individu terhadap lingkungannya. Pada makalah kali ini, kami akan mengulas tentang bagaimana apatisme mulai berkembang dalam pemikiran mahasiswa Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Hal itu dikarenakan prinsip apatisme ini menyebabkan mahasiswa enggan berpartisipasi dalam mengikutsertakan dirinya untuk mengikuti program kerja serta kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak kampus. Sikap apatis ini dapat mempengaruhi perkembangan bahkan menghambat kemajuan prestasi kampus.
Untuk itu, kami berharap makalah ini mampu memberikan manfaat bagi mahasiswa Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta. Sehingga pada masa yang akan datang dapat terbentuk suatu kesinambungan antara program kerja dan mahasiswa dalam meningkatkan kualitas internal maupun eksternal kampus. Kami berharap kritik dan saran dari pembaca sekalian untuk meningkatkan kualitas makalah ini, sehingga makalah ini benar-benar menjadi suatu acuan yang valid dan reliabel dalam kehidupan nyata.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang tersebut adalah:
a.       Bagaimana sikap apatis ini dapat berkembang di kehidupan kampus?
b.      Apakah dampak yang ditimbulkan dari sikap apatis terhadap kehidupan kampus?
c.       Bagaimana cara menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus?

C.    Tujuan
Tujuan yang kami harapkan dari makalah ini adalah: 
a.       Mengetahui apa itu sikap apatis.
b.      Mengetahui penyebab berkembangnya apatisme dalam kehidupan kampus.
c.       Mengetahui dampak dari sikap apatis.
d.      Mempelajari cara menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus.

D.    Manfaat
Manfaat yang bisa diambil dari makalah ini yakni pembaca dapat mengetahui pengertian apatis serta mampu menempatkan sikap apatis dalam kehidupan kampus sehingga di kemudian hari dapat terbentuk suatu kesinambungan yang baik antara program kerja kampus dan mahasiswa. Selain itu, kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai acuan yang relevan bagi strategi untuk berpikir dan menanggulangi rasa apatis ini. Khususnya bermanfaat untuk mahasiswa Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta, sehingga pemberdayaan kampus dapat terjalin secara optimal.

Bab II
LANDASAN TEORI
Apatisme adalah kata serapan dari Bahasa Inggris, yaitu apathy. Kata tersebut diadaptasi dari Bahasa Yunani, yaitu apathes yang secara harfiah berarti tanpa perasaan. Dalam istilah psikologi apatis merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang individu tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik.
Sikap apatis tidak hanya dapat diartikan sebagai sikap acuh tak acuh, tetapi sikap apatis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Sikap Individualis
Individu yang apatis mengindikasikan bahwa mereka cenderung bersikap individualis. Banyak orang yang berjuang menjadi superior dengan tidak memperhatikan orang lain atau lingkungan sekitarnya. Tujuannya bersifat pribadi, dan perjuangannya dimotivasi oleh perasaan diri yang berlebihan. Pembunuh dan pencuri adalah contoh ekstrim orang yang berjuang hanya untuk mencapai keuntungan pribadi. Secara khusus perjalanan hidupnya lebih terfokus pada motivasi sendiri, dan tidak mencapai minat yang baik untuk kehidupan sosialnya. Maka jika setiap individu memiliki keinginan dan kemampuan yang cukup tinggi, dapat dimungkinkan munculnya perilaku idealis dan apatispun akan selalu menyertai setiap gerak maupun hubungan individu di masyarakat yang dia singgahi.

2.      Gaya Hidup (Style Of Life)
Perilaku apatis juga selalu berhubungan dengan proses gaya hidup dan adaptasi seseorang. Gaya hidup sendiri adalah cara yang unik dari setiap orang dalam berjuang mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada (Alfred Adler via Alwisol, 2009: 73). Jika seseorang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya, maka orang tersebut merasa tidak nyaman dengan apa yang ada di sekitarnya. Hal itu menyebabkan seseorang enggan untuk terlibat dan melibatkan diri dalam kegiatan yang sedang berlangsung disekitarnya. Jika orang tersebut tidak ingin dianggap sebagai individu yang apatis, maka orang tersebut harus merubah gaya hidupnya sesuai dengan  lingkungannya. Dalam buku psikologi kepribadian menurut Alfred Adler, gaya hidup ini mungkin bisa berubah tetapi dasar gayanya tetap sama, kecuali orang tersebut menyadari kesalahannya dan secara sengaja mengubah arah yang ditujunya (Alfred Adler via Alwasol, 2099: 74).

3.      Prinsip Menarik Diri
Sikap apatis bisa diperkuat dengan adanya prinsip menarik diri, dimana individu lebih cenderung untuk melarikan diri dari dunia luar. Kesulitan individu yang apatis adalah mereka selalu diam di tempat dan menghambat perkembangan pribadinya sendiri. Orang yang diam di tempat adalah orang yang tidak bergerak kemanapun, menolak semua tanggung jawab dengan menarik diri dari semua ancaman keberhasilan dan kegagalan. Mereka mengamankan aspirasinya dengan tidak melakukan apapun agar tidak terbukti bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan itu. Misalnya, orang yang tidak pernah ikut tes masuk perguruan tinggi, maka ia tidak pernah merasakan kegagalan. Dengan tidak mengerjakan apapun, orang mengamankan harga dirinya dan melindungi diri dari kegagalan.

Bab III
PEMBAHASAN
A.    Berkembangnya Sikap Apatis Dalam Kehidupan Kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta
Mahasiswa merupakan motor penggerak dari sebuah kampus atau sebuah universitas, sehingga perkembangan dan kemajuan kampus tidak akan pernah lepas dari peran mahasiswa. Selain itu, kampus juga berperan penting sebagai pendukung untuk menyediakan sarana yang dibutuhkan oleh mahasiswa. Keduanya saling bersimbiosis agar program kerja yang telah dibuat dapat terlaksana secara maksimal.
Namun dalam kenyataannya, simbiosis atau hubungan antara keduanya tidak berjalan secara seimbang. Hal ini dikarenakan mulai berkembangnya sikap apatis dari mahasiswa yang menyebabkan tidak optimalnya program kerja serta kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak kampus. Hanya 25% mahasiawa yang aktif dan 75% merupakan mahasiswa pasif (Neni, wawancara pribadi, 3 Januari 2014, 14.45). Dari beberapa wawancara yang kami lakukan, banyak alasan mengapa mereka enggan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di kampus ATK Yogyakarta. Mereka berpendapat bahwa kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan kurang menarik, tidak meriah bahkan dianggap tidak penting. Pendapat tersebut hanya berupa kritik tanpa solusi yang hanya menjadi alibi dari sikap mereka yang tidak peduli terhadap lingkungannya. Sikap apatis inilah yang dapat membunuh karakter seorang mahasiswa.
Sikap apatis tentunya tidak muncul begitu saja, banyak faktor dan alasan yang menyebabkan mahasiswa ATK Yogyakarta memiliki sikap tersebut. Dari pengamatan sosial yang kami lakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan berkembangnya sikap apatis dalam kehidupan kampus ATK Yogyakarta. Adapun faktor tesebut adalah:

1.      ATK Bukan Tujuan Utama Untuk Melanjutkan Pendidikan
Sebuah tujuan merupakan kekuatan dari diri seseorang untuk bekerja sekeras mungkin dalam mencapainya. Namun ketika tujuan tersebut tidak tercapai dan apa yang mereka dapatkan tidak sesuai dengan apa yang diharapakan, individu tersebut tidak lagi memiliki kekuatan besar itu. Semangat yang mereka miliki seolah hilang dan mereka melanjutkan kehidupannya tanpa adanya semangat. Inilah yang terjadi pada banyak mahasiswa ATK Yogyakarta.
Banyak mahasiswa yang menjadikan ATK sebagai pilihan terakhir dalam melanjutkan pendidikannya, bahkan ada yang merasa terpaksa untuk masuk ke ATK. Hal ini menyebabkan kurangnya dukungan diri dari seorang mahasiswa untuk memberikan peran terbaiknya kepada kampus. Sehingga mahasiswa bersikap apatis dan  seolah tidak peduli dengan kegiatan yang ada di kampus.

2.      Tidak Mampunya Adaptasi Dengan Lingkungan Kampus
Adaptasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Jika seseorang tidak mampu beradaptasi, maka individu tersebut dengan sendirinya akan tersisihkan dari lingkungannya. Mereka yang tersisihkan tersebut merasa kurang percaya diri sehingga mereka enggan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan di kampus. Jika seseorang tersisihkan dari suatu lingkungannya, maka individu tersebut pasti akam berusaha mencari lingkungannya sendiri. Bahkan individu tersebut berpotensi menjadi oposisi bagi pihak kampus yang tidak pernah mendukung program kerja dari kampus.
Dari pengamatan yang kami lakukan khususnya terhadap mahasiswa ATK Yogyakarta, tidak sedikit mahasiswa yang merasa kurang percaya diri karena ketidakmampuan mereka dalam beradaptsi dengan lingkungan kampus. Sehingga mereka beranggapan bahwa mereka tidak mampu memberikan kotribusinya kepada kampus. Inilah salah satu faktor mengapa seorang mahasiswa enggan untuk mengikuti dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan di kampus.

3.      Kurangnya Motivasi Berprestasi
Sebuah motivasi sangat dibutuhkan sebagai semangat dan dorongan dari seorang individu untuk mencapai tujuannya. Jika seseorang tidak memiliki sebuah motivasi maka orang tersebut seolah tak punya semangat hidup dan cenderung sekedar menjalani hidupnya tanpa adanya target. Sikap dan pemikiran ini tentunya sangat merugikan diri sendiri bahkan memberikan dampak negatif terhadap individu di sekitarnya.
Dalam ruang lingkup yang kami amati khususnya dalam kehidupan kampus ATK Yogyakarta, sikap seperti itu banyak menyelimuti mahasiswa dan tidak sedikit mahasiswa yang memiliki pemikiran seperti itu. Mereka tidak punya motivasi dan target khusus dalam kehidupan mereka, sehingga kebanyakan dari mereka hanya sebagai mahasiswa pasif. Kebanyakan dari mereka enggan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan kampus, kecuali kegiatan itu diwajibkan oleh pihak kampus. Jadi kurangnya motivasi juga menjadi salah satu faktor kenapa mahasiswa bersikap apatis. 

B.     Dampak Dari Sikap Apatis Terhadap Perkembangan dan Prestasi Kampus Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta
Dari pembahasan sebelumnya dapat kita ketahui bahwa sikap apatis lebih banyak memberikan dampak negatif baik bagi diri sendiri maupun lingkungan di sekitarnya. Sikap dan pemikiran yang apatis ini dapat menghambat diri seseorang maupun hal lain yang terlibat dengan dirinya. Individu apatis dapat diibaratkan sebagai  benalu pada sebuah pohon. Benalu tersebut memang ada dan hidup pada pohon tersebut, namun benalu itu tak memberikan dampak positif apapun pada sang pohon. Ia hanya menempel dan menjadi tanaman yang menghambat pertumbuhan dari tanaman lainnya. Begitu juga dengan individu yang apatis, ia memang ada dan hidup secara sosial, namun individu tersebut tidak memberikan dampak positif kepada individu lainnya. Bahkan mereka bisa saja menjadi penghambat bagi individu lain.
Sebagai seorang mahasiswa, sikap tersebut merupakan sikap yang harus dihilangkan. Karena seorang mahasiswa haruslah bersikap kritis serta mampu memberikan suaranya kepada kampus untuk kemajuan dan perkembangan kampus. Namun pada kenyataanya sikap tersebut masih dimiliki oleh banyak mahasiswa khususnya di kampus ATK Yogyakarta. Hal itu tentunya memberikan pengaruh yang kurang baik bagi kampus. Seperti tumbuhan benalu tadi, mahasiswa apatis memang ada dan mengikuti perkuliahan seperti mahasiswa pada umumnya, tapi mereka tidak pernah mendukung dan memberikan kontribusinya terhadap kegiatan serta program kerja kampus. Dampak dan pengaruh lain dari mahasiswa apatis terhadap perkembangan kampus adalah:
1. Sulitnya kampus mendapatkan prestasi.
2. Minimnya ide-ide serta kreatifitas dalam menjalankan program
    kerja.
3. Banyak muncul kritik tanpa solusi.
4. Tidak optimalnya kegiatan yang dilaksanakan kampus.

5. Kurang adanya pencitraan yang baik dari kampus kepada
    masyarakat.
6. Munculnya kelompok-kelompok oposisi.
7. Kurangnya terjalinnya hubungan baik antar mahasiswa.
Itulah beberapa pengaruh dari mahasiswa apatis terhadap kehidupan dan pekembangan kampus ATK Yogyakarta yang tentunya memberikan dampak yang kurang baik terhadap perkembangan kampus. Pengaruh tersebut kami ambil dari beberapa wawancara serta dari hasil pengamatan kami sendiri. 

C.    Menempatkan Sikap Apatis
Apatis merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang individu tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik. Sebagai makhluk sosial setiap individu tentunya membutuhkan individu lain dalam kehidupannya, namun pernyataan ini bertentangan dengan pengertian apatis yang merupakan keadaan ketidakpedulian seorang individu terhadap lingkungannya.
 Dari pengertian tersebut, sikap apatis cenderung memberikan dampak yang negatif daripada dampak positifnya. Namun sikap apatis juga memiliki pengaruh yang positif jika dilakukan pada waktu dan keadaan yang tepat. Sikap tidak peduli ini terkadang diperlukan pada suatu keadaan dimana individu tersebut memang harus tidak peduli pada sekitarnya, dan jika dia peduli hal itu malah dianggap salah dan memberikan pengaruh buruk terhadap lingkungannya. Misalnya pada saat ujian kita harus benar-benar bersikap tedak peduli kepada individu lain yang berada di sekitarnya. Dalam konteks ini sikap apatis diperbolehkan bahkan dianjurkan agar terjadi persaingan yang sehat antar individu.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sikap apatis tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif, sikap tersebut juga dapat memberikan dampak yang positif dalam konteks serta keadaan tertentu. Disinilah peran dari setiap individu yang harus mampu berfikir cerdas dalam menempatkan sikap pada waktu dan situasi yang tepat. Sehingga apa yang dilakukannya tidak memberikan dampak yang negatif bagi diri sendiri maupun lingkungannya.   



Bab IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Apatis merupakan merupakan keadaan ketidakpedulian, di mana seorang individu tidak menanggapi rangsangan kehidupan emosional, sosial ataupun fisik. Sikap apatis berkembang pada kehidupan kampus ATK Yogyakarta disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya:
1. ATK Yogyakarta bukan tujuan utama mahasiswa untuk melanjutkan pendidikannya.
2. Tidak mampunya mahasiswa beradaptasi dengan kehidupan kampus.
3. Kurangnya motivasi berprestasi dari dalam diri mahasiswa sendiri.
Dampak dari berkembangnya sikap apatis tersebut adalah sulitnya kampus ATK Yogyakarta untuk mendapatkan prestasi, selain itu sikap apatis juga memberikan pengaruh negatif terhadap pemikiran mahasiswa dan kehidupan kampus ATK Yogyakarta sendiri. Namun sikap aptis juga dibutuhkan dalam konteks dan keadaan tertentu misalnya dalam sebuah ujuan. Penempatan sikap secara cerdas sangat diperlukan agar mahasiswa mampu memberikan kontribusi serta prestasinya kepada kampus ATK Yogyakarta.

B.     Saran
Pengamatan sosial seperti ini perlu dilakukan agar kita dapat menempatkan sikap secara tepat di waktu yang tepat pula, termasuk dapat menempatkan sikap apatis dengan konteks yang benar. Namun, kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik dari para pembaca sangat diperlukan demi sempurnanya makalah ini.
 


DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. UMM Press. Malang. Hal 63 – 145

DAFTAR NARASUMBER
Aditya Suksmandaro, 19 tahun, Mahasiswa ATK Yogyakarta, Jl. Parangtritis Km 4,5 Gang Wijaya Kusuma No.216
Distya, 19 tahun, Mahasiswa ATK Yogyakarta, Glugo Panggungharjo Sewon Bantul.
Eko Agung Wahyudi, 19 tahun, Mahasiswa Psikologi UNESA, Jln. Garuda Barat No.120 Rt.8 Rw.1 Krian Sidoarjo.
Neni Rahayu, 21 tahun, Badan Eksekutif Mahasiswa ATK Yogyakarata, Rt.17 Glugo Panggungharjo Sewon Bantul.
Ulil Albab, 20 tahun, Mahasiswa ATK Yogyakarta, Glugo Panggungharjo Sewon Bantul.









2 komentar:

  1. ada yang bentuk pdf gak ya? soalnya saya ada meneliti tentang sikap apatis anak, mungkin bisa memberi referensinya

    BalasHapus